Cinta itu Memilih
==============
By Komiruddin.
Setiap malam Jumat di mushalla dekat rumah kami ada pengajian bada Maghrib sampai Isya’. Dimulai dengan membaca 10 ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi kemudian dilanjutkan dengan membaca shalawat 100 kali lalu ditutup dengan doa. Setelah itu dihidangkan wedang jahe dan makanan ringan.
Walaupun setelah iqamat dan sebelum shalat Maghrib dilaksanakan, sang imam mengumumkan pengumuman. Namun tetap saja yang bertahan untuk mengikuti pengajian hanya 20-30 % dari jamaah shalat Maghrib. Sisanya lebih mendahulukan pulang dan datang lagi saat adzan Isya’ berkumandang.
Seorang jamaah mengusulkan agar dibuat undangan tertulis setiap malam Jumat, supaya pengurus masjid terlihat ada perhatian dan yang mendapat undangan malu jika tidak hadir.
Tapi para tetua keagamaan tidak setuju. Cukup diumumkan sebelum shalat Maghrib aja. Biarlah kalau mau ikut, ikut secara sadar bukan karena malu apalagi terpaksa.
Saya pikir betul juga. Bukan zamannya lagi seseorang diajak secara paksa atau ikut secara terpaksa. Biarlah dia bebas memilih apa yang menurutnya baik. Jika ia butuh dan merasa nyaman, ia akan ikut. Tugas kita menyampaikan dan menyiapkan fasilitas.
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan.” [Surat Al-Ghasyiyah, Ayat 21]
Pilihan adalah hak asasi manusia. Memaksakan pilihan adalah bentuk pelanggaran terhadap hak azasi tersebut.
“Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,” [Surat Al-Ghasyiyah, Ayat 22]
Untuk beriman saja, Allah melarang pemaksaan, apalagi hanya sekedar mengikuti pengajian atau organisasi tertentu.
“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?” [Surat Yunus, Ayat 99]
Ya, Biarkan berjalan secara alami… Cinta tak boleh memaksa dan dipaksa. Sebab tak ada kebaikan pada apa yang dilakukan secara terpaksa. Pada saatnya jika hati sudah berlabuh cinta takkan kemana-mana. Tinggal buktikan, apa engkau memang sudah patut untuk dicinta”. (editor)