RAMADHAN TELAH BERLALU

0

Khotib : H. SyahidanMh, Pimred nataragung.id.
Dibacakan dalam sholat Idul Fitri di Masjid Al Istiqomah, Desa Mandah, Senin 31 Maret 2025.

nataragung.id, Natar — Ramadhan telah berlalu. Ia telah meninggalkan kita dengan seluruh keistimewaannya. Suasana yang begitu kondusif untuk berbuat baik dan meninggalkan keburukan telah pergi dan akan kembali setahun yang akan datang.

Suasana yang syahdu dan kita begitu mudah untuk melaksanakan ibadah setelah Ramadhan berlalu tak akan kita temukan, setelah itu ia hanya tinggal kenangan.

Di Bulan Ramadhan, kita menemukan diri kita begitu mudah melangkahkan kaki menuju masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah, pada bulan lainnya kaki terasa berat walau hanya beberapa meter jaraknya.

Kita menemukan diri kita begitu mudah membaca berjuz-juz Al Qur’an, mengabiskan malam dengan tadarusan. Pada Bulan lain membaca Al Qur’an begitu berat, jangankan satu juz, selembarpun sudah bagus…

Kini Bulan itu telah berlalu , suasana itupun akan menghilang. Tinggalah kita kembali berjuang melawan bisikan syetan, berpacu memerangi godaan dunia yang semakin menggila.
Masihkah kita bisa bertahan dan tetap melangkahkan kaki kita ke masjid untuk shalat berjamaah.?

Masihkah kita dapat bertahan terus rutin membaca Al Qur’an setiap hari saat malam dan di penghujung siang.?

Masihkah kita sanggup menegakkan pinggang kita berdiri dan bersimpuh sujud di sepertiga malam terakhir?

Baca Juga :  Tinjau Jalan Rusak di Hajimena, Bupati Egi: Bismillah, Tahun Ini Kita Perbaiki

Masihkah kita sanggup berbagi dengan mengeluarkan sedekah atau memberi makan?

Pertanyaan-pertanyaan yang hanya kita yang dapat menjawabnya.

Namun paling tidak ada empat hal yang perlu kita lakukan agar dapat bertahan dalam ketaatan pasca Ramadhan.

Pertama : berdoa kepada Allah agar dimantapkan hati dalam ketaatan.
Sebab Allah-lah Pemilik hati dan Dia maha kuasa untuk membolak balikannya kepada kebaikan atau keburukan.

Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لأَكْثَرِ دُعَائِكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdo’a dengan do’a, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’. ”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”

Setelah itu Mu’adz bin Mu’adz (yang meriwayatkan hadits ini) membacakan ayat,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: 8) (HR. Tirmidzi, no. 3522; Ahmad, 6: 315. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Baca Juga :  Pelantikan PAC Muslimat NU Natar 2025–2030 : Gerak Baru, Semangat Baru

Kedua : Beramal secara rutin walaupun sedikit. Sebab amal yang rutin lebih dicinta Allah walau sedikit. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-; beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Bukhari, no. 6465; Muslim, no. 783).

Ketiga : Memilih teman yang baik. Teman sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang. Sebab jika ia baik akan menularkan sifat-sifat yang baik. Namun jika kita berteman dengan orang yang buruk akhlaqnya, maka akhlaq yang buruk itu lambat laun akan menular kepada kita.

Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)

Baca Juga :  Nanang Ermanto Bakar Semangat di Natar

Keempat : Introspeksi Diri. Introspeksi diri yang dilakukan berkala akan membuat kita sadar terhadap kesalahan dan kekurangan yang telah kita lakukan. Sehingga kita dapat memperbaikinya sebelum habis masanya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Dengan kita memohon kemantapan hati kepada Allah, terus berbuat dan tak henti berkarya, memilih teman yang baik dan selalu mengevaluasi setiap amal, maka ini cukup menjadi jaminan bahwa kita akan dapat bertahan dalam ketaatan pasca Ramadhan.[<>]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini