ANTARA PERINTIS DAN PEWARIS.

0
  • By : H. Komiruddin Imron

 

Yang memulai belum tentu yang menikmati, sebagaimana yang menikmati tidak mesti yang memulai.

 

Bisa jadi kita yang membabat alas, membuat jalan tapi yang menikmatinya orang lain. Bisa jadi kita yang memasak air, meracik kopi mengaduk gelas tapi yang meminumnya orang lain.

 

Bisa jadi kita yang membuat jembatan atau menanam pohon tapi orang lain yang melewatinya atau memanen buahnya.

Sebab bisa jadi yang memulai tidak cukup ilmu dan kompetensi atau dibatasi usia untuk meneruskan pekerjaan yang sudah ia rintis, sementara generasi yang datang setelah itu lebih faham dan lebih mampu meneruskan dan mengelola pekerjaan tersebut.

 

Tapi keutamaan tetaplah bagi para perintis pertama yang memulai pekerjaan, walau bisa jadi yang meneruskannya lebih baik dan lebih indah.

Baca Juga :  ERMA YUSNELI DI USULKAN GERINDRA JADI KETUA DPRD LAMPUNG SELATAN DEFINITIF - MAJALAH NATAR AGUNG

Para perintis akan mendapat aliran pahala dari setiap pendatang yang menikmati setiap jejak rintisan yang pernah dibuatnya.

 

Sahabat Mush’ab bin Umair ra adalah duta Islam pertama yang diutus rasulullah saw untuk mengajarkan Islam di tengah penduduk Madinah. Beliau Ra tak pernah melihat apalagi menimati kemenangan dan kejayaan Islam. Sebab beliau RA syahid pada perang Uhud sementara kain kafan untuk menutup badannya tidak mencukupi. Tapi seluruh kebaikan muslim di Madinah saat itu akan mengalir pahalanya kepada beliau Ra, tentunya setelah Rasulullah saw.

 

Sahabat Jarir bin Abdillah al-Bajali radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim no 1016)

Baca Juga :  Buruh Koperasi TKBM PB Gelar Aksi di Pelabuhan Panjang. MAJALAH NATAR AGUNG

 

Dulu sebagian sahabat dan tabi’in menghapal hadits rasulullah saw kemudian disampaikan kepada kaum muslimin. Tidak sedikit dari kaum muslimin itu yang mendengar kemudian ternyata ia lebih paham dari yang menyampaikan. Ia lebih dapat menguraikan sebuah hadits dengan uraian dan cakupan hukum yang luas.

 

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah mencerahkan (mengelokkan rupa) orang yang mendengar hadits dariku, lalu dia menghafalnya – dalam lafazh riwayat lain: lalu dia memahami dan menghafalnya –, hingga (kemudian) dia menyampaikannya (kepada orang lain), terkadang orang yang membawa ilmu agama menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan terkadang orang yang membawa ilmu agama tidak memahaminya” [Hadits yang shahih dan mutawatir].

Baca Juga :  Ketua Umum BPP-KAIM, H. Nuryadin, S.H. Soroti Perkara Dugaan Korupsi PT.LEB. MAJALAH NATAR AGUNG

 

Inilah yang membuat para perintis tidak pernah kecewa walau tak pernah mengecap manisnya yang pernah ia tanam. Sebab ia sangat memahami apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih kekal. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini