Oleh : Budi Setiawan.
Penggiat Sosmed, tinggal di Jakarta.
Ribut soal Twitter Fafafufu whatever bisa jadi merupakan esksperimen bagaimana sebuah isu terkait dengan figur yang kini menjadi ‘public enemy” yakni Jokowi dan keluarganya digoreng sana digoreng sini.
Aneka info liar saling bantah sampai yang paling gokil sekalipun beredar.
Namun perhatikan..
Segala aneka riuh rendah itu hanya terbatas pada area media social. Yang maya. Tidak kasat mata. Yang tidak tertumpah ke dunia nyata.
Sekedar omon-omon kelas recehan.
Yang akhirnya dibalas dengan recehan pula.
Gibran misalnya dengan simple bilang tanyakan yang punya akun.
Simple tapi bikin orang yang tenggelam di media social makin marah sampai tidak sadar mereka minum air comberan.
Sama dengan mereka yang merendahkan Jokowi dengan sebutan Mulyono. Kaesang tiba-tiba pakai kaos bertuliskan putra Mulyono.
Tanpa sadar bahwa Jokowi dan keluarganya memakai jurus gocekan Rocky Gerung yang bikin Silvester terjengkang.
Jika Rocky pakai jurus plintiran ilmiah maka Jokowi dan keluarganya memakai falsafah : anjing menggonggong kafilah Jokowi berlalu..
Cuekin aja. Komentar sedikit tapi nyelekit. Atau beri komentar normatif..
Dan mind you.. ini yang bakal dilakukan pemerintah Prabowo- Gibran dalam menanggapi pernyataan dan keberatan public..
Why ?
****
Bagaimana landskap politik setelah Jokowi lengser sudah mulai terungkap jelas.
Tidak ada oposisi. Yang ada hanya kompromi. Yang utama adalah stabilitas yang diharapkan menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi.
Keputusan politik dan aneka kebijakan lainnya bisa dilakukan serta dilaksanakan dengan cepat.
Tanpa adu argumen yang bertele-tele di parlemen. Sekali tunjuk. Laksanakan.
Tidak dengan gembar gembor. Dilakukan sebisa mungkin senyap.
Tahu-tahu jadi. .
Pernyataan Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam Rapimnas Gerindra kemarin menunjukkan arahan kebijakan dia sebagai nakhoda kapal besar bernama Indonesia..
Oposisi bukan budaya Indonesia.Budaya politik Indonesia adalah kerukunan antara sesama kekuatan politik untuk mencapai tujuan bersama. Yakni meneruskan serta memperbaiki program yang sudah dilaksanakan pemerintahan Jokowi agar target Indonesia Emas 2045 bisa tercapai.
Dimana pada tahun itu, Indonesia keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah. Bonus demografi akan menjadi berkah bukan sampah.
****
Dalam Qatar Economic Forum, Pak Prabowo juga tidak secara jelas menjawab pertanyaan sahabat saya Haslinda Amin, mengenai demokrasi di era pemerintah beliau nanti.
Meskipun demikian, nampak jelas arah pemerintah Prabowo- Gibran nanti soal kebebasan berpendapat dan demokrasi.
Mereka agaknya bakal membiarkan aneka banjir bandang soal ribuan isu di kanal atau mega waduk bernama media sosal.
Mereka akan biarkan aneka podcast politik saling lomba menggoreng isu actual. Yang bisa jadi fakta. Yang bisa jadi tipuan belaka. Atau yang sengaja dilemparkan seolah-olah itu adalah fakta.
Pemerintahan Prabowo-Gibran akan memungut sedikit. Kurang dari 1 persen, kritiikan yang dianggap perlu ditanggapi. Sebagai sekedar konter bahwa pemerintah mendengar. Atau bahkan diakui kebenaran kritik itu kemudian dilakukan perubahan seperlunya dan dipuji sebagai aspiratif .
Selebihnya, tidak dianggap. Mau teriak bagaimanapun di podcast.
Yang penting bagi pemerintahan Prabowo-Gibran adalah melaksanakan aneka program tanpa gangguan dari ganjalan legislatif, yudikatif, kementerian kelembagaan dan segenap pemimpinnya.
Mereka memposisikan diri sebagai pihak yang tidak punya waktu melayani aneka debat . Apalagi isu- isu receh.
Jika pun ditanggapi di politik nyata hanya yang dianggap penting saja oleh mereka..
Selebihnya opini yang berbeda dan yang kritis dianggap sebagai lalat penggangu orang kerja saja.
Mereka biarkan isu berkembang liar hingga yang terlibat didalam arus itu frustras berati dan terkapar.
Karena pemerintahan Prabowo-Gibran nampak paham bahwa dalam banyak Hal, membiarkan isu liar dilempar sana dilempar sini oleh aneka podcast politik serta di media social, sebenarnya berguna.
Yakni salah satunya, mengalihkan perhatian masyarakat terhadap apa yang mereka kerjakan.
***
Yang mungkin luput dari perhatian masyarakat banyak adalah bagaimana Prabowo mempersiapkan kuda-kuda untuk melaksanakan aneka programnya.
Mengutip podcast Tempo ” Jelasin dong” di ketahui bahwa saat ini lebih dari 1000 orang telah dilatih untuk menjadi bagian dari program makan gratis.
Ujicoba dilakukan diberbagai tempat oleh berbagai pihak. Termasuk Gibran dan sejumlah tokoh politik. Semuanya dikaji dan diuji tanpa gembar gembor.
Tersiar kabar bahwa program makan gratis untuk tahap pertama dilakukan oleh militer dengan komando Kodim atau Korem setempat. Pelaksanaan oleh militer dipandang efektif karena peng-organisasi-an dan mobilisasi personal dapat dilakukan dengan sangat cepat tanpa banyak cincong dan adu perndapat.
Ada juga kabar bahwa aneka kartu buat orang miskin seperti Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan sebagainya akan diperluas cakupannya sampai KIS atau KIP buat Ibu hamil dan manula.
Namun Prabowo-Gibran bakal kesulitan cari dana untuk membiayai aneka proyeknya. Bisa menambah utang baru atau mencari sumber pendapatan baru lewat pajak.
***
Adalah Netizen tahu semua ini ?
Saya kira tidak semuanya paham da. waspada.
Kenapa ?
Karena netizen lebih banyak sibuk mengosipkan dan saling adu mulut akan isu-isu receh.
Berebut opini dari bangkai ke bangkai..
Ribut sana sini di aneka podcast politik.
Tanpa sadar bahwa ketek mereka sudah bau sekali..
Para komika dan motivator yang berkomentar miring bisa jadi dalam waktu dekat mendapati diri mereka tiba-tiba sepi order.
Dan mereka berbondong-bondong memohon untuk tampil di aneka podcast yang juga makin sepi narasumber.
Di jaman Prabowo, agaknya tidak mungkin lagi mereka bebas mengumbar ke”gila”an mereka.
Bisa jadi mereka tidak bakal dilarang. Namun dibiarkan mati-mati pelan-pelan. Lewat aneka kuncian yang membuat mereka sepi order atau sepi narasumber
Ngeri gak lo pade….