PILIHAN NATAR AGUNG SEBAGAI NAMA DOB

0

Di laman portal kami: nataragung.id.
Oleh : H. Syahidan. MH

Pada awal pengusulan Nama Natar Agung, yaitu pada akhir tahun 2009 lalu, sebagai calon Daerah Otonom Baru (DOB) di Lampung Selatan, ada sebagian kecil warga yang bertanya, kenapa harus mempergunakan nama Natar Agung? Masih menurut warga yang bertanya, dengan nama tersebut sepertinya terkesan hanya Wilayah Natar dan Jati Agung saja, padahal calon DOB di Lampung Selatan itu, meliputi lima kecamatan.

Jika nama Natar Agung yang dipakai, berarti Tanjung Bintang, Tanjung Sari dan Merbau Mataram, tidak terwakili dalam wilayah itu. Bagiamana ini?
Begitulah kira kira pertanyaan warga pada saat itu.

Meski warga yang mempersoalkan tidak banyak, namun perlu juga dijelaskan kepada mereka secara obyektif dan berdasarkan fakta sejarah yang ada.

Pemakaian nama Natar Agung sebagai DOB, bukan berarti asal pakai saja. Pemberian nama Natar Agung, tentu sudah berdasarkan pemikiran yang dalam, dengan memperhatikan faktor Sejarah terkait dengan berdirinya Provinsi Lampung, di era tahun Enam Puluhan.

Secara singkat, saya ingin menjelaskan kenapa masyarakat lima kecamatan diatas memakai nama Natar Agung sebagai DOB pecahan dari Lamsel.

Baca Juga :  Ikuti Keinginan Fraksi-fraksi DPRD Lampung Selatan, Panitia Pemekaran Bandar Negara Sampaikan Surat Peleburan Kepanitiaan

Dan ini sekaligus merupakan penjelasan yang disampaikan oleh Ketua Umum Panitia Pemekaran DOB Natar Agung, Irfan Nuranda Djafar, yang saya rangkum dalam tulisan di bawah ini.

Di pilihnya nama Natar Agung, tentu saja terkait dengan sejarah yang ada.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Kresidenan Lampung menjadi Provinsi Lampung dan terpisah dari Sumatra Selatan adalah di era tahun Enam puluhan.

Kala itu Kabupaten di Provinsi Lampung hanya ada tiga yaitu : Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Tengah dan Lampung Utara serta satu Kota Madya yaitu Kota Madya Tanjung Karang Teluk Betung.

Kemudian pada era tahun Delapan Puluhan, Kota Madya Tanjung Karang Teluk Betung berubah menjadi Kota Madya Bandar Lampung.

Lampung Selatan saat berdirinya Provinsi Lampung, tahun Enam Puluhan, mencakup Kabupaten Tanggamus, Pesawaran dan Pringsewu.

Kecamatan Natar sendiri pada awal berdirinya Provinsi Lampung, meliputi Wilayah Kedaton dan Panjang.

Sedangkan Kedaton, saat menjadi wilayah Natar, meliputi Tanjung Bintang dan kecamatan Pemekarannya yaitu Jati Agung dan Tanjung sari.

Baca Juga :  Besok Pj Gubernur Lampung Undang Pengusaha Tapioka dan Kabupaten Penghasil Singkong di Lampung

Sedangkan kecamatan Merbau Mataram adalah pecahan dari Kecamatan Ketibung, yang di di mekarkan diera tahun Dua Ribuan.

Itulah penjelasan yang diungkapkan oleh Ketua Umum Panitia DOB Natar Agung Irfan Nuranda Djafar.

Lantas kapan Ibu Kota Lampung Selatan pindah ke Kalianda?

Masih menurut Irfan Nuranda Djafar, yang merupakan mantan Bupati Lampung Timur dan sekaligus adalah putra mantan Bupati Lamsel Djafar Amid, menguraikan bahwa pada awalnya ibu kota Lamsel ada di Rawa Laut.

Menjelang pertengahan tahun Delapan Puluhan, ketika Kota Madya Tanjung Karang Teluk Betung berubah menjadi Kota Madya Bandar Lampung, maka wilayah Kedaton dan Panjang yang awalnya adalah wilayah Lamsel (Kala itu masuk wilayah Kec. Natar), akhirnya dimasukan ke wilayah Kota Madya Bandar Lampung.

Dengan masuknya dua wilayah tsb ke Bandar Lampung, maka dimulai lah rencana pemindahan Ibu Kota Lamsel.

Awalnya ibukota Lamsel akan diletakkan di Desa Candimas, Kec Natar, yang kini menjadi Markas Yonif 143/TWEJ (Tri Wira Eka Jaya).

Namun di saat Bupati Lamsel di pegang oleh Mustafa Kemal, rencana ibukota yang semula di Natar dipindahkan ke Kalianda.

Baca Juga :  Bantuan Banjir dari Pusat Harus Berkeadilan. Oleh : Gunawan Handoko *)

Alasan pemindahan ibukota tsb, karena Desa Candimas amat dekat dengan Bandara Radin Inten, Branti, di khawatirkan jika kelak ada bangunan perkantoran yang dibangun dengan posisi tinggi maka akan mengganggu lalulintas penerbangan pesawat, dan dikhawatirkan juga akan mengganggu navigasi udara.

Berangkat dari persoalan itulah, maka Bupati Mustafa Kemal mengambil keputusan untuk memindahkan rencana ibu kota kabupaten Lamsel yang semula di Kecamatan Natar akhirnya dipindahkan ke Kalianda hingga saat ini.

Berdasarkan fakta sejarah tsb, maka sudah teramat wajar jika calon kabupaten Pemekaran di Lamsel itu diberi nama Natar Agung.

Dan usulan itulah yang disampaikan oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, di lima wilayah calon DOB NATAR AGUNG tahun 2009. Karena berdasarkan sejarah, wilayah yang akan masuk dalam Pemekaran Daerah Otonomi Baru itu, awalnya memang dari satu wilayah yaitu Natar, kecuali Merbau Mataram yang merupakan pecahan dari Kecamatan Ketibung.

Tabiikk 🙏🙏

Tulisan ini bisa di baca di Majalah Natar Agung edisi cetak Bulan Oktober 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini