nataragung.id – BANDAR NEGARA – Kata “bajingan” sebenarnya berasal dari profesi pengendali gerobak sapi yang populer di masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, sebelum era kekuasaan Sultan Agung
Gerobak sapi merupakan satu-satunya transportasi yang berkembang saat itu. Maka tak heran jika profesi bajingan kemudian menjadi sangat vital bagi kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan Jawa.
Pada awalnya kata “bajingan” diambil dari nama tokoh pencetus gerobak sapi, yaitu “Mbah Jingan”.
Mbah Jingan adalah tokoh yang terampil dalam berbagai pekerjaan, seperti petani buruh, buruh pemanjat pohon kelapa, dan pengendali gerobak sapi.
Orang-orang menyebutnya lebih singkat menjadi “Ba Jingan”,
dan kata terakhir inilah yang kemudian berkembang sampai sekarang.
Namun, makna kata “bajingan” kemudian mengalami pergeseran arti. Berawal ketika Para bajingan sering terlambat menjemput para pelanggannya, yang membuat para calon penumpang mengeluh.
Seiring waktu, kata “bajingan” mulai diartikan sebagai umpatan atau kata-kata yang konotasi negatif. Dalam KBBI, kemudian kata bajingan diartikan sebagai penjahat, pencopet, atau makian untuk orang yang kurang ajar.
Pada era 1960-an hingga 1970-an, kata “bajingan” mulai menjadi ungkapan untuk makian.
—
dikutip dari beberapa sumber.