nataragung.id – BANDAR LAMPUNG – Awal tahun ’90-an fenomena semangat membangun masjid dan mushola ada di mana-mana. Hampir di setiap dusun yang sebelumnya hanya punya mushola ramai-ramai mendirikan masjid.
Masjid bukan hanya di bangun swadaya oleh masyarakat di perkantoran pemerintah dan swasta juga membangun masjid.
Presiden Soeharto pun mendirikan Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang berhasil mendirikan 999 masjid di seluruh Indonesia bahkan Presiden Soeharto membangun Masjid di Bosnia.
Presiden pertama Ir.Soekarno sebelum nya telah membangun masjid terbesar se Asia Tenggara yg di beri nama Masjid Istiqlal (merdeka).
Tentang masjid Istiqlal ini ada kisah menarik, ketika Presiden Soekarno ingin mendirikan masjid negara, di bentuklah panitia yg ketuanya Wakil Presiden Bung Hatta. Menurut panitia, masjid negara ini selain megah tempat nya harus strategis dan di pilih lah lokasi yang sekarang menjadi hotel Indonesia di depan bundaran HI, namun Presiden Soekarno tidak setuju, Bung Karno ingin masjid di bangun di tempat sebagaimana Masjid Demak yaitu di antara alun-alun dan keraton seperti juga masjid di keraton Jogya dan Solo dan akhir nya presiden Soekarno menetapkan tempat nya masjid Istiqlal di lokasi yang sekarang yang sebelumnya bekas benteng Belanda, berdekatan dgn lapangan Monas dan Istana Negara.
Menurut H.Jusuf Kalla ( mantan wapres), Ketua Dewan Masjid Indonesia jumlah masjid dan mushola di Indonesia lebih dari satu juta, terbanyak di dunia.
Beberapa tahun belakangan ini ada perkembangan menarik di tengah-tengah masyarakat, di mana-mana ada kegiatan Jum’at berkah baik yang di adakan oleh pengurus masjid dan mushola maupun inisiatif masyarakat.
Pada kegiatan Jum’at berkah ini berbagai kreatifitas sosial di lakukan antara lain bagi nasi kotak/nasi bungkus bagi jama’ah sholat Jum’at, sediakan bahan sayuran-sayuran di halaman masjid bagi yg memerlukan, ATM beras untuk orang miskin, bahkan kantor-kantor dan perorangan pun sering kali membagi nasi kotak/bungkus di pinggir-pinnggir jalan.
Masjid dan mushola sekarang programnya tidak hanya fokus pada pembangunan gedung saja tapi sudah melebar pada program-program sosial ekonomi untuk masyarakat sekitar nya.
Kalau di tilik dari sejarah peradaban Islam berangkat dari masjid, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dan telah sampai Madinah yang pertama-tama di bangun adalah masjid yang kini di kenal masjid Nabawi. Di masjid ini juga di gunakan sebagai sarana untuk belajar membaca menulis dan santunan untuk orang miskin dan dari sana kemudian perkembangan nya menjadi model pesantren saat ini, ada masjid, pesantren/kampus dan kiai/ustad.
Sekarang program-program filantropi ( kedermawanan) yang di atur oleh ta’mir masjid semakin mendapat kepercayaan masyarakat, antar sesama ta’mir masjid saling belajar dan mungkin saja pada saat nya karena mudahnya informasi dan komunikasi melaksanakan program skema subsidi silang, misal ada masjid yang karena jama’ah nya terdiri dari orang-orang kaya ketika hari raya kurban melimpah ruah hewan kurban nya sementara masjid lain karena jama’ah nya mayoritas orang-orang miskin pada tahun itu satu pun tidak ada yg mampu menyembelih hewan kurban maka masjid yang hewan kurban nya berlebih mengirim hewan kurban nya ke masjid yg jama’ah nya minus ekonomi nya. Begitu juga program masjid di bidang pendidikan dan ekonomi
Masjid selain pusat ibadah mahdhah ( hablum minallah) juga sebagai pusat ibadah ghoiru mahdhah( hablum minannas), sebagai mana pesan Nabi Muhammad Saw detik-detik jelang wafat supaya kita menjaga/memelihara sholat dan menjaga/ membantu orang-orang yang lemah.
Selamat menyambut puasa bulan Ramadhan 1446 hijriah.
*) Penulis adalah Mutasyar PW NU Provinsi Lampung, tinggal di Bandar Lampung.