nataragung.id – LAMPUNG SELATAN – Seorang warga Sidomulyo, Lampung Selatan, Bambang Utoyo, menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi pendidikan nasional yang dinilainya semakin kehilangan esensi mendidik dan membentuk karakter anak. Lewat surat terbuka yang ditujukan kepada media, Bambang menilai bahwa sistem pendidikan saat ini terlalu berfokus pada nilai akademis semata, sementara pembentukan karakter dan kemampuan berpikir kritis anak-anak justru terabaikan.
Sebagai orang tua dari tiga anak yang tengah menempuh jenjang pendidikan berbeda, Bambang mengungkapkan bahwa ia dan banyak orang tua lainnya merasa semakin jauh dari proses pendidikan anak. Kurikulum yang terus berganti serta beban ekonomi yang tinggi membuat keterlibatan orang tua dalam pendidikan menjadi sangat terbatas.
“Kami ingin sekolah kembali menjadi ruang yang aman, mendidik, dan membentuk masa depan,” tulisnya. Ia menambahkan bahwa pendidikan tidak boleh berhenti pada capaian kelulusan, melainkan harus menjadi proses pembentukan manusia seutuhnya.
Bambang juga menyoroti pengaruh media sosial yang kian dominan dalam kehidupan anak-anak. Ia menyayangkan maraknya konten yang tidak mendidik, serta lunturnya keteladanan dari sosok guru yang seharusnya menjadi panutan. Ia bahkan menyebut adanya kasus kekerasan oleh guru dan kriminalisasi antarsiswa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Meski penuh keprihatinan, Bambang tetap menaruh harapan besar terhadap masa depan pendidikan Indonesia. Ia melihat teknologi informasi sebagai peluang untuk mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif dan menyenangkan, asalkan digunakan dengan bijak. Menurutnya, pendidikan digital tidak boleh berhenti pada penguasaan perangkat, tetapi juga harus menanamkan etika, tanggung jawab, dan kebijaksanaan dalam bermedia.
Ia menekankan pentingnya perlindungan anak dari dampak negatif teknologi seperti cyberbullying, kecanduan gawai, hingga menurunnya interaksi sosial. Untuk itu, Bambang mendorong sinergi antara keluarga, sekolah, penyedia teknologi, dan pemerintah dalam membangun sistem literasi digital dan regulasi yang kuat demi melindungi anak.
“Pendidikan harus hadir sebagai filter sekaligus pembimbing agar anak-anak tidak tenggelam dalam banjir informasi yang menyesatkan,” tulisnya. Ia berharap pendidikan masa depan dapat memadukan nilai, karakter, teknologi, dan perlindungan yang menyeluruh untuk melahirkan generasi yang tangguh dan berakhlak.
Suara dari Bambang Utoyo ini menjadi cerminan keresahan sekaligus harapan banyak orang tua di daerah terhadap arah pendidikan Indonesia. Sebuah pengingat bahwa pendidikan sejati bukanlah hasil akhir, melainkan proses membentuk manusia beradab dan berdaya. (WAPP)