Kader Inti PKS Selalu Kalah Dalam Pilkada Se Lampung : Fakta Atau Mitos? Oleh : SyahidanMh

0

nataragung.id – LAMPUNG – Saya mengangkat tulisan ini, setelah saya menyaksikan fenomena yang cukup menarik terkait perjalanan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam kontestasi dari pilkada ke pilkada di Tanoh Lado Lampung, Sai Bumi Ghua Jughai.

Sejak bergulirnya Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) langsung dari tahun 2005 lalu, sudah begitu banyak kader atau elit atau pengurus inti PKS di Lampung yang pernah bertarung memperebutkan posisi kepala daerah/wakil kepala daerah. Teranyar adalah kekalahan H. Antoni Imam ketua DPD PKS Lampung Selatan, sebagai calon wakil bupati berpasangan dengan Bupati Petahana Nanang Ermanto tanggal 27 November 2024. Meski kekalahan tersebut masih dalam hitung cepat (quick count) namun biasanya, antara quick count tidak akan berbeda jauh hasilnya dari real count yang akan di hitung dan dikeluarkan oleh KPU.


Saya akan merunut tokoh-tokoh atau elit PKS yang pernah mencoba keberuntungan dalam ajang kontestasi Pilkada.
Tahun 2005, Abdul Hakim yang mencoba peruntungan sebagai Calon Walikota Bandar Lampung kemudian ada Gufron Aziz Fuadi yang juga bertarung sebagai calon wakil bupati (cawabup) digandeng oleh : dr. Kiswoto untuk bertarung di Kabupaten Lampung Selatan. Kedua kader inti PKS gagal total untuk melenggang jadi pemimpin di kedua daerah yaitu Bandar Lampung dan Lampung Selatan.
Selanjutnya tahun 2008, Ahmadi Sumaryanto calon wakil gubernur (cawagub) yang di gandeng oleh H. Zulkifli Anwar untuk mencoba peruntungan bertarung di Pemilihan Gubernur Lampung tapi kali inipun kader inti PKS Tanggamus itu harus menelan pil pahit mengikuti jejak seniornya yaitu kalah dalam pertarungan di Pilkada Lampung. Pilkada Tahun 2010, Antoni Imam menjajal peruntungannya menjadi calon wakil bupati (cawabup) yang di gandeng oleh Wendy Melfa bupati petahana untuk bertarung di Lampung Selatan. Kemudian di tahun yang sama ada Hantoni Hasan, calon wakil walikota (cawa-walkot) yang di sandingkan dengan Walikota petahana Alm Edi Sutrisno untuk bertarung di Pilwakot Bandar Lampung. Juga ada Johan Sulaiman, calon wakil bupati (cawabup) yang di gandeng oleh Patimura untuk bertarung di Pesawaran dan yang terakhir ada Mufti Salim bertarung sebagai wakil bupati (cawabup) di Lampung Tengah.
Namun rupanya Pilkada tahun 2010, belum juga menjadi milik PKS karena seluruh kader inti dan elit PKS tersebut, semuanya rontok dan kalah dalam pilkada di daerah masing-masing.
Gelaran Pilkada tahun 2015 Kembali Abdul Hakim mencoba keberuntungan untuk bertarung di Pilwakot Metro dan Erwin Arifin menggandeng Elit PKS Lampung Timur yaitu Prio Budi Utomo untuk bertarung di Lampung Timur namun kali inipun kedua elit PKS itu harus kembali gagal, penyebabnya calon wakil bupati (cawabup) yang akan mendampingi Erwin Arifin yaitu Prio Budi Utomo (mohon maaf kalau salah), meninggal dunia, dan Abdul Hakim kalah di Kota Metro.
Sikap pantang menyerah kembali di tunjukkan oleh kader inti PKS dalam Pemilihan Gubernur Lampung tahun 2018. Elit PKS yaitu Ahmad Jajuli, mencoba keberuntungan bertarung sebagai calon wakil gubernur (cawagub) mendampingi Mustafa untuk memperebutkan posisi orang penting di Propinsi Lampung, bahkan kala itu Ahmad Jajuli yang masih tercatat sebagai anggota DPD RI harus rela undur diri dari kursi empuknya di Senayan demi menggapai asa PKS untuk memecahkan telor di pilkada yang hingga saat itu belum terpecahkan. Namun sayang, asa Ahmad Jajuli harus terkubur dalam-dalam karena diapun rontok di Pilgub Lampung “kalah” dengan calon lainnya.
Tak kunjung menyerah dalam menggapai asa, pada pilkada tahun 2020 kembali tiga tokoh dan elit PKS turun gunung yaitu A Mufti Salim bertarung sebagai calon Walikota Metro, kemudian ada Johan Sulaiman calon wakil walikota yang di gandeng oleh Rycko Menoza mantan bupati Lampung Selatan untuk bertarung di Kota Bandar Lampung serta Antoni Imam yang diambil oleh Tony Eka Chandra sebagai wakilnya dalam Pilkada Lampung Selatan, namun lagi-lagi ketiga nya belum cukup sakti untuk memecahkan telor pilkada karena ketiganya juga kandas.
Terakhir pada pilkada 2024 ini, Antoni Imam untuk ketiga kalinya menjajal kesaktiannya, namun kali inipun kemungkinan besar Antoni Imam kembali akan gagal karena masih kurang sakti dengan Radityo Eggi Pratama dan Syaiful Anwar.
Mungkin Pilkada di seantero Lampung ini, enggan untuk memberikan ruang bagi para kader inti PKS untuk menang.
Lain cerita jika PKS mendukung calon dari partai yang berbeda, dijamin menang. Saya ambil dua contoh saja yaitu Pasangan Zainudin Hasan-Nanang Ermanto dalam pilkada 2015 menang mengalahkan Rycko-Eki dan Sholeh Bajuri-A Ngadlan Jawawi dan yang terbaru dalam Pemilihan Gubernur Lampung tahun 2024 dimana DPTW PKS Lampung mendukung Mirza-Jihan juga menang.

Baca Juga :  Nama Majalah Natar Agung dan Website nataragung.id Tidak akan di-rubah


Memang dalam Pilkada 2024 ada nama H. Riyanto Pamungkas yang berhasil menang versi quick count di Pilkada Pringsewu. Namun menurut catatan yang saya dapat Riyanto bukanlah kader inti PKS, baru kader pemula. Dalam PKS terdapat tingkatan, hierarki atau jenjang berkaitan dengan kader.
Yang pertama adalah Kader pendukung, kader pendukung dibagi dua yaitu Pemula dan Muda. Kemudian ada istilahnya kader inti yang dibagi tiga yaitu Madya, Dewasa dan Ahli. Dalam tubuh PKS menurut informasi yang saya dapat, perlakuan yang diterima antara kader pemula dan Kader inti sangat berbeda.
Kader inti sudah banyak tahu tentang dapur partai, dan ikut infaq setiap bulan, sedang kader pendukung masih diberi kebebasan.
Dalam persoalan H. Riyanto Pamungkas, beliau masuk dalam jenjang kader pemula.
Latar belakang H. Riyanto Pamungkas adalah pemilik Yayasan Insan Mulia Boarding School (IMBOS) di Pringsewu yang mengelola jenjang pendidikan SMPIT dan SMAIT. Yayasan IMBOS pengurusnya memang banyak kader PKS. Sah-sah saja bagi PKS untuk memasukkan H.Riyanto sebagai kader demi untuk memecahkan telor, tapi penjenjangan dan tingkatan kader di PKS sudah baku dan mungkin sangat sulit untuk dilangkahi. Bagi partai lain begitu amat mudah memasukkan seseorang dalam jajaran pengurus atau elite partai tanpa menelusuri rekam jejak sebelumnya, namun hal itu tidak mungkin akan terjadi di PKS.
Bahkan menurut salah satu sumber. H. Riyanto ini, simpatisan yang hanya sesekali ikut ta’lim, belum termasuk kader pemula yang mengikuti liqa’
(ngaji) pekanan.
Akankah tahun 2030 nanti ada pendekar PKS yang sakti mandraguna bisa berhasil memecahkan telor yang maha sakti di Propinsi Lampung ini? Jawaban saya Wallahu A’lam Bish Showab, karena pemenang di 2024 inipun belum resmi di umumkan apalagi mau bicara 2030 masih terlalu dini.
Tabiik…

Baca Juga :  Nama-Nama 'Beken' Mulai Muncul Jelang Musdalub Partai Golkar Lampung.

Penulis adalah : Penikmat Politik tinggal di Natar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini