nataragung.id – NATAR – Allah SWT berfirman :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ…
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak… (QS. 57:20)
Kehidupan ini mengalami siklus dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua.
Pertama, masa kanak-kanak. Sifat yang paling menonjol pada anak-anak adalah senang bermain (لعب). Maka, sebagian besar waktu yang dimiliki digunakan untuk bermain. Kebahagiaan pada masa ini adalah ketika mereka dapat memenuhi hasrat bermainnya secara maksimal.
Kedua, masa remaja. Sifat yang menonjol pada fase ini adalah hura-hura (لهو). Kadang, mereka tidak pernah memikirkan akibat dari apa yang mereka lakukan.
Bagi sebagian remaja, syiarnya adalah, “Yang penting happy. Urusan akibat nanti belakangan.” Lihatlah apa yang mereka lakukan setelah lulus SMP atau SMA: mulai dari mencorat-coret baju, konvoi sepanjang hari dengan sepeda motor, hingga pesta kelulusan yang sering kali melanggar norma-norma agama.
Ketiga, masa dewasa. Masa ini adalah masa ketika seseorang mulai mencari jati diri dan aksesoris kehidupan (زينة). Hura-hura mulai berkurang, dan mereka sudah mampu berpikir rasional serta realistis.
Mereka mulai mencari perhiasan dan aksesoris yang dapat menutupi kelemahan dan kekurangan. Pada tahap ini, prestise dan prestasi menjadi prioritas utama karena hal tersebut dianggap sebagai perhiasan yang memukau dan bisa dibanggakan (تفاخر).
Keempat, masa tua. Masa ini adalah masa bermegah-megahan (تكاثر) dengan harta dan anak. Pada masa ini, seseorang senang menceritakan tentang hartanya yang tersebar di berbagai tempat atau prestasi anak-anaknya.
Bahkan, ada yang bercerita tentang kejayaan masa lalunya, seperti jabatan yang pernah ia pegang atau kesuksesan lainnya. Cerita-cerita itu sering kali diulang-ulang, terutama tentang masa mudanya yang dianggap penuh prestasi.
Dengan memahami siklus kehidupan dan piranti-piranti yang melingkupinya, kita dapat menghindari hal-hal yang membahayakan.
Oh, memang masanya bermain, tetapi pilihlah permainan yang positif dan mendidik.
Oh, memang masanya hura-hura, tetapi kita bisa membatasinya agar tidak kebablasan dan tetap mematuhi norma agama.
Oh, memang masanya mencari jati diri dan membangun citra, tetapi carilah perhiasan yang membuat mulia di hadapan Allah, bukan yang menghinakan.
Oh, memang masanya bermegah-megahan, tetapi kejarlah kemegahan melalui kerja dan karya yang bermanfaat bagi orang lain.
Demikianlah siklus kehidupan. Kadang kita terkagum-kagum pada masa kanak-kanak yang lucu, masa remaja yang gagah, masa dewasa yang penuh karya, dan masa tua yang mapan serta berharta.
Namun, kekaguman itu akan berakhir ketika seluruh permainan berhenti dan pesta kehidupan telah usai. Siklus kehidupan dunia ini pun berakhir dengan begitu cepat.
كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ
Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering, dan kamu lihat warnanya kuning, lalu menjadi hancur.
Saat itu, seseorang baru menyadari nasib akhirnya, apakah di surga atau di neraka.
وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya.
Barulah seseorang menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.