nataragung.id – JELAJAH NUSANTARA – Masakan yang dijual oleh orang Jawa sangat terkenal seantero Nusantara. Yang paling terkenal dan mudah ditemukan karena dijual kelililing adalah : bakso, bakmi, soto dan sebagainya.
Akan tetapi bakso, bakmi dan soto bukanlah masakan asli orang Jawa. Masakan itu adalah hasil kreasi dari orang China yang datang ke Nusantara sejak ratusan bahkan ribuan tahun silam. Cara berjualan dengan gerobak keliling juga diperkenalkan oleh para pedagang China Sudah banyak artikel yang menulis tentang sejarah masakan bakso, bakmi dan soto ini.
Bukan saja bakso, bakmi dan soto saja yang aslinya dari China. Aneka kuliner lainya seperti Lumpia Semarang, Wedhang Ronde, nasi goreng, capcay, kwetiau bahkan Bakpia khas Jogja itu adalah kreasi asli dari orang China.
Bagaimana dengan tumpeng?
Tumpeng juga sebetulnya bukanlah kreasi asli orang Jawa. Tumpeng aslinya berasal dari tradisi bangsa India yang beragama Hindu. Di India nasi berbentuk gunung biasa dihidangkan dalam acara pesta atau kegiatan-kegiatan keagamaan. Nasi yang dibuat gunung tersebut meniru bentuk Gunung Mahameru, Gunung Suci dalam kosmologi Hindu di India, tempat berkumpulnya para Dewa dan Dewi.
Lalu apa kuliner asli khas orang Jawa?
Kuliner asli orang Jawa yang benar-benar ASLI terbilang cukuplah ekstrem. Misalnya belatung ayam. Hah belatung ayam? Ya betul belatung ayam.
Hal ini diungkapkan oleh Raden Ayu Koes Dwayati Soegondo Coleman, yang merupakan cucu langsung dari Bupati Pasuruan, Jawa Timur yang menjabat dari tahun 1883 – 1902 bernama Harjo Soegondo.
Raden Ayu Koes saat menjadi pembicara dalam sebuah seminar menyebutkan bahwa betul belatung ayam itu dimakan orang Jawa zaman dulu. Jadi ayam setelah disembelih, kemudian jeroanya dikeluarkan dan didiamkan selama seminggu maka akan banyak keluar belatung. Nah belatung inilah yang dimakan. Informasi dari Raden Ayu Koes ini ada beritanya bisa di search saja.
Selain itu, dokumen arsip dari Perpustakaan Nasional Indonesia juga menyebutkan kuliner khas orang Jawa lainya yaitu memakan kutu. Kebiasaan ini masih bisa dilihat sampai sekarang di berbagai pedesaan orang Jawa. Di mana ada orang tua yang sedang mencari kutu anaknya lalu dimakan. Ini berdasarkan kepercayaan sebagian orang Jawa bahwa kutu yang dimakan bisa menjadi obat. Informasi resmi dari perpustakaan Nasional bisa dilihat pada gambar di bawah.
Kemudian adalagi cerita dalam Kronik Tionghoa yang isinya tentang kebiasaan kuliner orang Jawa zaman dulu yang suka memakan ulat pohon. Ulat-ulat itu cukup dipanaskan di atas tembaga atau batu yang telah panas oleh api lalu dimakan. Kebiasaan makan ulat seperti ini masih dijumpai pada sebagian masyarakat Jawa di daerah Jawa Timur dan Gunung Kidul, Jogja.
Selain itu, ada juga yang memakan daging dan darah manusia. Hal ini telah dipraktekan oleh Orang Jawa zaman kuno terutama mereka yang menganut aliran Bhairawa Tantra. Aliran ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Di mana setelah mereka melakukan ritual, mereka juga melakukan semacam pesta s*x dan memakan hidangan yang berasal dari darah dan tubuh manusia.
Tentang memakan bagian tubuh manusia ini juga ada dalam kisah Cerita Candi Ratu Boko di Jogjakarta. Ratu Boko dikisahkan sebagai seorang penguasa Raja Zaman dahulu yang suka makan daging dan darah manusia.
Kebiasaan memakan dagung dan darah manusia pada sebagian aliran kepercayaan orang Jawa telah ditinggalkan. Namun, kebiasaan menyantap darah hewan masih sering dijumpai pada sebagian masyarakat Jawa. Darah hewanz biasanya sapi atau wedus biasanya dibekukan, yang dalam istilah orang Jawa disebut SAREN. Hidangan saren sampai kini juga masih favorit bagi orang Jawa di beberapa wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Berdasarkan Kronik China, cerita-cerita pelaut Tionghoa menyebutkan bahwa makanan asli orang Jawa zaman dulu terutama kaum rakyat (bukan bangsawan) yang telah disebutkan di atas bisa dikatakan jorok bahkan mengerikan.
Dari informasi ini kita juga paham, kenapa Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam itu kebanyakan bertugas pada wilayah Orang Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Tujuanya adalah untuk memperbaiki ahlak. Dari makananya saja kita sudah bisa meilhat cukup ekstrem belum lagi dari kebiasaan yang lainya.
Kenapa banyak Walisongo yang bertugas di Jawa Timur dan Tengah, ini mirip kalau kita bertanya : kenapa Nabi banyak diturunkan di daerah Timur Tengah seperti Arab dan sekitarnya. Ya karena orang Arab dan sekitarnya zaman dulu itu ahlaknya hancur, makananya jorok dan budayanya dikenal dengan budaya JAHILIYAH (Bahasa Arab yang bermakna kegelapan atau kebodohan).
Selain makanan yang telah disebutkan di atas, beberapa makanan Orang Jawa zaman Kuno lainya yang ditemukan dalam catatan asing, naskah atau prasasti diantaranya adalah :
1. Pecel : zaman dahulu berupa daun-daunan di hutan atau buah tertentu yang direbus lalu diberi bumbu rempah.
2. Asu tugel: makanan dari anjing yang telah dikebiri,
3. Karung pulih: makanan dari babi yang dikebiri,
4. Wdus gunting: makanan kambing muda
5. Karung pjahaninarajakin i : makanan babi hasil buruan raja.
6. Iwak taluwah: makanan ikan,
7. Badawang: makanan dari penyu,
8. Deng Asin: makanan dari daging yang diasinkan,
9. Daing Kadiwas: makanan ikan yang dikeringkan,
10. Harang-harang: makanan yang dipanggang,
11. Skul Dandananihiniru: nasi yang dimasak dalam dandang dan dikukus,
12. Skul Matiman: nasi tim,
Foto : Dokumen arsip resmi dari Perpustakaan Nasional Instagram @perpusnas.go.id