nataragung.id, ARTIKEL – Isra Mikraj adalah salah satu peristiwa paling luar biasa dalam sejarah umat manusia. Sebuah perjalanan agung yang melampaui ruang dan waktu, diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk hiburan Ilahi (tasliyah) setelah duka mendalam di tahun kesedihan, saat beliau kehilangan dua orang tercintanya, Khadijah dan Abu Thalib. Peristiwa ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan manifestasi spiritual yang membuktikan kebesaran Allah dan ketinggian kedudukan Nabi Muhammad SAW.
Pada malam penuh keheningan, Rasulullah berada di Masjidil Haram. Malaikat Jibril datang membawa pesan besar. Beliau didampingi Buraq, makhluk berwarna putih yang melangkah sejauh pandangan mata. Sebelum perjalanan dimulai, dada Rasulullah dibelah, hatinya dicuci dengan air zamzam, dan diisi dengan hikmah serta iman. Langkah ini melambangkan persiapan spiritual Rasulullah untuk menjalani perjalanan penuh makna ini.
Dimulai dari Masjidil Haram, Rasulullah dibawa ke Masjidil Aqsha di Yerusalem. Perjalanan ini, yang dikenal sebagai Isra, menegaskan hubungan spiritual antara kedua masjid suci tersebut. Sesampainya di Masjidil Aqsha, Rasulullah melaksanakan shalat dua rakaat dan memimpin para nabi terdahulu, termasuk Nabi Ibrahim, Musa, dan Isa. Momen ini melambangkan kesatuan risalah para nabi dalam menyampaikan pesan tauhid.
Di Masjidil Aqsha, Rasulullah diberikan tiga pilihan minuman: susu, air, dan khamr. Beliau memilih susu, simbol fitrah manusia dan kesucian Islam. Pilihan ini disambut Jibril dengan ucapan, “Engkau telah memilih fitrah.”
Dari Masjidil Aqsha, Rasulullah naik ke langit, didampingi oleh Jibril. Beliau melewati tujuh lapisan langit, di mana setiap lapisan menjadi saksi pertemuan beliau dengan para nabi:
Langit pertama: Nabi Adam, menyambut beliau sebagai bapak umat manusia.
Langit kedua: Nabi Isa dan Nabi Yahya, lambang keteguhan dan keberkahan.
Langit ketiga: Nabi Yusuf, simbol keindahan dan keadilan.
Langit keempat: Nabi Idris, yang dikenal dengan kebijaksanaan dan keilmuan.
Langit kelima: Nabi Harun, sebagai sosok pemimpin yang dicintai kaumnya.
Langit keenam: Nabi Musa, yang berbicara dengan Allah langsung di Sinai.
Langit ketujuh: Nabi Ibrahim, yang bersandar di Baitul Makmur, rumah ibadah malaikat.
Puncak perjalanan ini adalah Sidratul Muntaha, sebuah tempat yang tak dapat dijangkau oleh makhluk lain. Di sini, Rasulullah menerima perintah shalat 50 waktu sehari dari Allah. Namun, atas saran Nabi Musa, Rasulullah kembali memohon keringanan hingga menjadi lima waktu sehari, tanpa mengurangi nilainya.
Setelah kembali ke Mekah, Rasulullah menceritakan pengalaman ini kepada kaum Quraisy. Banyak yang mencemooh, menganggap cerita ini mustahil. Namun, sahabat Abu Bakar langsung mempercayai Nabi tanpa keraguan, sehingga diberi gelar “Ash-Shiddiq,” yang berarti “yang membenarkan.”
Isra Mikraj bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang mempertegas hubungan antara manusia dan Tuhannya. Kisah ini mengajarkan pentingnya keimanan, kesabaran, dan tanggung jawab dalam melaksanakan shalat sebagai pilar utama Islam.
Peristiwa agung ini tercatat dalam Al-Qur’an, terutama dalam Surat Al-Isra (17:1) dan Surat An-Najm (53:13–18), serta didukung oleh berbagai hadits shahih. Hingga kini, Isra Mikraj menjadi inspirasi spiritual yang mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia.
Disadur dari berbagai sumber, dedit ulang oleh admin nataragung.id