nataragung.id – NATAR – Jika ada seorang tuan berkata kepada pembantunya yang selama ini tinggal bersamanya dan mendapatkan makan dan pakaian darinya, “Tolong bersihkan taman di belakang rumah. Kalau sudah selesai saya beri kamu seekor sapi yang sedang bunting.”
Sebagai pembantu yang tahu berterima kasih dan berbalas jasa ia akan membersihkan taman itu sebaik-baiknya. Ia akan berusaha membuat sang tuan tadi merasa senang dan puas melihat hasil kerjanya.
Rumput-rumput yang tumbuh liar dibersihkan. Sampah-sampai yang berserakan dikumpulkan dan dibakar. Kolam hiasan yang airnya mulai keruh dikuras, dan diganti dengan air yang baru. Bunga-bunga yang tumbuh tidak beraturan dirapikan. Semua dikerjakan dengan hati yang riang, penuh kesungguhan dan tanpa ada sedikitpun perasaan terpaksa.
Begitulah seharusnya sikap kita ketika memenuhi seruan Allah. Bukankah Allah telah berbuat baik kepada kita?. Ia ciptakan kita dengan sebaik-baiknya bentuk.
Ia tundukkan semua makhluk untuk kebaikan dan kepentingan manusia. Ia tunjuki jalan yang akan menghantarkan mereka kepada kebahagian dunia dan akhirat.
Ia berikan seluruh kebutuhan yang menjadi hajat hidup manusia, air yang tak putus, udara yang tak henti, bumi yang datar, tanah yang siap untuk ditanami.
Jika kita hitung banyaknya anugrah Allah, kita tak kan mampu untuk menghitungnya saking banyaknya.
Allah telah berbuat baik kepada kita. Seharusnya kita balas kebaikan Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dengan sebaik-baiknya.
Masalahnya masih banyak diantara kita yang mengerjakan perintah Allah hanya sebatas melepas kewajiban. Seolah-olah ia melakukannya dengan terpaksa.
Sebagai contoh perintah shalat lima waktu. Tak jarang kita melihat seorang muslim mengerjakannya asal-asalan. Kita lihat ia mengerjakannya dengan tergesah-gesah dan setengah hati. Bacaan Alfatihah, surat dan doa di setiap rakaat dibaca dengan ngebut. Rukuk dan sujud tidak thuma’ninah. Belum lagi penampilan ketika akan shalat tidak mencerminkan orang beradab.
Padahal dengan shalat, Allah mengampuni dosa dan kesalahannya dan tidak keluar dari shalat kecuali ia bersih dari dosa laksana seseorang yang mandi 5 kali sehari, bersih dari daki dan kotoran.
Dengan shalat sunah qabliyah shubuh, ia akan mendapatkan kebaikan yang kebih baik dari dunia dan seisinya.
Dengan melakukan shalat sunah 10 rakaat setiap hari ia akan dibangunkan rumah di surga.
Dengan melaksanakan shalat qabliyah ashar 4 rakaat ia akan mendapatkan Rahmat dan shalat qabliyah dan badiyah zhuhur masing 4 rakaat, Allah haramkan jasadnya dari jilatan api neraka.
Apakah setelah mengetahui balasan ini, kita akan melaksanakan shalat asal-asalan dan sekedarnya saja.
Atau kebaikan Allah ini kita imbangi dengan melaksanakannya sesuai tuntunan Rasulullah SAW, tidak asal-asalan, ngebut dan mengenyampingkan thuma’ninah?
Jika itu kita laksanakan asal-asalan, maka berarti kita termasuk orang yang tidak tahu balas budi dan berterima kasih.
Jadi mari kita balas kebaikan Allah dengan melaksanakan ajaran-Nya sebaik mungkin sesuai denga tuntunan Rasulullah SAW.
وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ
“dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,” [Surat Al-Qashash, Ayat 77].
*) Penulis adalah Anggota Majelis Syura DDII Propinsi Lampung, tinggal di Pemanggilan, Natar.