Habis Gelap Terbitlah Terang, Kapan Terwujud?. Oleh : Gunawan Handoko *)

0

nataragung.id BANDAR LAMPUNG – Jika hari ini Raden Ajeng Kartini masih hidup, mungkin beliau akan tersenyum menyaksikan berbagai macam lomba yang lucu-lucu yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari kelahirannya. Setelah itu, RA. Kartini tergerak hatinya untuk menulis buku lagi dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, Kapan Terwujud?.

Hari ini 21 April 2025 hampir semua kaum perempuan di Indonesia disibukkan dengan aneka kegiatan, baik yang bersifat kreatif dan lebih banyak yang rekreatif. Mulai lomba penampilan pasangan Kartini dan Kartono, lomba busana mirip RA. Kartini, lomba memasak dan aneka lomba lainnya.

Hampir tidak terdengar ada organisasi kaum perempuan yang mengadakan acara semacam seminar, diskusi atau sarasehan dalam rangka untuk memberi pencerahan, apa sesungguhnya emansipasi yang dimaksud oleh almarhumah RA. Kartini dulu.

Ditengah suasana hiruk pikuknya kaum perempuan dalam menggelar agenda tahunan ini, ada pertanyaan yang menggelitik yang tidak perlu mendapat jawaban, sudahkah para kaum perempuan yang berusia remaja hingga dewasa termasuk para ibu yang sedang menyelenggarakan lomba Kartinian – telah membaca buku karya RA. Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang?

Dengan membaca buku tersebut diharapkan akan membantu kita semua – khususnya kaum perempuan – untuk memahami bahwa diskriminasi terhadap kaum perempuan waktu itu merupakan sebuah refleksi bagi kaum perempuan di masa sekarang ini. Hal ini menjadi penting dan perlu, karena pada kenyataannya masih banyak diantara kaum perempuan yang salah dalam menterjemahkan makna emansipasi dan kebebasan yang diperjuangkan RA. Kartini.

Baca Juga :  Sayembara Rp 5 Juta: Tangkap Pelaku Politik Uang! - MAJALAH NATAR AGUNG

Kebebasan dan emansipasi kaum perempuan bukan berarti dapat berbuat dan dapat melakukan apa saja, sebagaimana yang dilakukan kaum laki-laki. Sifat kodrati kaum perempuan Indonesia sebagai bangsa Timur tetap wajib dijaga dan dipertahankan. Nasib buruk kaum perempuan di masa lalu sudah seharusnya menjadi pelajaran penting bagi kaum perempuan di masa sekarang. Walaupun sudah lepas dari belenggu patriakhi dan sudah mendapat haknya secara penuh dalam bidang pendidikan, politik, sosial dan budaya, namun pada kenyataannya masih ada kaum perempuan yang belum dapat menikmati hak-haknya. Ambil saja contoh, masih tingginya tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan, termasuk trafficking dan tindakan diskriminasi lainnya. Kita juga masih banyak menyaksikan kaum perempuan yang harus menanggung beban kerja ganda, sehingga peran sebagai ibu rumah tangga dalam mendidik anak harus terabaikan.

Jujur diakui, kita patut berbangga karena banyak kaum perempuan yang telah berhasil mensejajarkan dirinya dengan kaum laki-laki di berbagai bidang dan profesi. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang memiliki prestasi membanggakan dan mengharumkan nama bangsa. Hanya saja memang, banyak kaum perempuan modern yang berkarakter negatif dalam pergaulan, cara berpakaian dan berbagai hal lainnya dengan dalih emansipasi dan kebebasan. Salah satu faktor penyebab tingginya pelecehan seksual dan tindakan perkosaan terhadap perempuan dan anak disebabkan dari penampilan atau cara berpakaian kaum perempuan itu tadi.

Baca Juga :  Kepengurusan Baru Partai Gelora Lampung Lakukan Silaturahmi ke KPU Provinsi Lampung

Maka pantaslah apabila posisi kaum perempuan dalam kajian era modern sekarang ini masih menjadi sorotan berbagai kalangan, baik akademisi maupun pemerhati masalah sosial dan masyarakat luas, tentu dalam berbagai persepsi dan respon yang berbeda. Yang pasti, perempuan modern merupakan sosok universal yang selalu menarik untuk menjadi bahan obrolan, kapan dan dimana saja. Opini yang muncul kemudian (semoga salah), bahwa kaum perempuan sekarang sedang berupaya untuk pembebasan mitos kaumnya yang telah ratusan tahun lamanya terpenjara akibat kultur patriakhi yang begitu kuat dan mengakar di tengah masyarakat. Maka tersirat bahwa RA. Kartini menjadi inspirasi bagi gerakan emansipasi perempuan dari segala macam bentuk penindasan.

Seiring dengan perkembangan peradaban yang terus bergerak pada ranah global maupun mondial, peran kaum perempuan nampaknya sudah jauh mengalami perubahan yang lebih baik. Pandangan feodalistik yang memosisikan kaum perempuan dibawah subordinasi kaum laki-laki semakin terkikis. Kita hampir tidak pernah lagi melihat seorang isteri yang menunggu kepulangan suami hanya untuk melepas sepatu dan kaos kaki serta dasinya yang hal tersebut di masa lalu sebagai simbol kesetiaan.

Jaman sudah jauh berubah, kesetiaan seorang isteri dianggap cukup apabila diatas meja telah tersedia segelas air putih, tidak harus disodorkan oleh isteri. Bahkan sebagian isteri bersikap apatis dan masa bodoh dari sentuhan nilai-nilai tradisi dengan sikap lembutnya dan sendiko dawuh (siap menerima perintah) serta sikap pasrah. Justru sebaliknya, banyak para isteri yang mulai kebablasan dengan mengambil alih peran suami sebagai kepala rumah tangga. Sikap perempuan golongan ini tentu bukan yang dikehendaki oleh ibu kita RA. Kartini. Kaum perempuan memang dituntut untuk tampil mandiri, cerdas, dinamis, kreatif dan penuh inisiatif serta profesional dalam mengambil peran di sektor publik. Namun RA. Kartini berwasiat agar kaum perempuan tidak meninggalkan naluri keibuannya yang penuh sentuhan, perhatian dan kasih sayang terhadap anak serta hormat dan menjunjung tinggi martabat suami, sebagaimana tergambar dalam tulisan RA. Kartini pada Serat Centhini. Yang pasti memaknai Kartini di era modern sekarang ini tidak cukup hanya menggelar dengan lomba Kartinian lewat karnaval atau lenggak-lenggok di atas panggung. Bukan pula semacam stily sanggul untuk dielu-elukan karena mirip ibu RA. Kartini. Bukan, bukan itu. Kartini masa kini adalah sosok perempuan yang dapat memberi inspirasi bagi keluarga, lingkungan sekitar, bertanggungjawab dan senantiasa berupaya untuk mewujudkan persamaan hak tanpa meninggalkan sifat kodrati sebagai perempuan.
Selamat Hari Kartini, Perempuan Bangkit Indonesia maju !!!

Baca Juga :  Pemerintah Bandar Lampung Fokus pada Pendidikan, Infrastruktur, dan UMKM dalam Musrenbang 2026

*) Penulis adalah : Pemerhati Masalah Sosial, Tinggal di Bandar Lampung.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini