nataragung.id – BANDAR LAMPUNG – Falsafah Gotong Royong yang Melekat dalam nadi Masyarakat Lampung, salah satu nilai luhur yang tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat adat Lampung adalah “Sakai Sambayan”.
Dalam bahasa Lampung, sakai berarti membantu, sedangkan sambayan berarti bersama atau saling tolong. Maka, Sakai Sambayan bermakna tolong-menolong atau saling bantu secara sukarela antarwarga dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai ini bukan sekadar slogan atau bagian dari upacara adat, tetapi benar-benar hidup dan berfungsi dalam praktik sosial, ekonomi, dan spiritual masyarakat Lampung, baik di desa maupun kota.
Akar Budaya dari Sakai Sambayan.
Nilai Sakai Sambayan berasal dari pandangan hidup kolektif masyarakat Lampung bahwa hidup ini tidak bisa dijalani sendiri, dan kekuatan komunitas terletak pada kebersamaan.
Konsep ini dekat dengan semangat gotong royong dalam budaya Indonesia secara umum, namun Sakai Sambayan memiliki penekanan khas pada rasa tanggung jawab moral terhadap sesama, terutama sesama kerabat, tetangga, dan masyarakat adat.
Bentuk-Bentuk Sakai Sambayan dalam Kehidupan sehari-hari.
1. Membangun Rumah Warga.
Ketika ada warga yang hendak membangun atau memperbaiki rumah, masyarakat sekitar akan datang membantu secara sukarela, mulai dari mengangkat bahan bangunan, menggali pondasi, hingga memasak untuk para pekerja.
Tidak dibayar, tetapi dihormati dan dikenang.
2. Menyiapkan Hajatan atau Acara Adat
Dalam hajatan pernikahan, sunatan, atau kenduri adat, Sakai Sambayan terlihat jelas. Warga datang membantu dari pagi hingga malam: memasak, menyusun tempat duduk, menjemput tamu, bahkan mencuci peralatan. Semua dikerjakan bersama tanpa imbalan.
3. Saat Panen atau Musim Tanam.
Petani Lampung masih mempraktikkan Sakai Sambayan saat musim tanam dan panen. Mereka saling membantu mencabut benih, menanam padi, hingga memanen, dengan sistem giliran antarladang tanpa perlu membayar tenaga kerja tambahan.
4. Mengurus Duka dan Musibah.
Saat ada keluarga yang mengalami musibah atau kematian, tetangga dan kerabat segera hadir untuk membantu: menyiapkan tempat, membuat kopi, menyiapkan makanan, atau sekadar menemani. Ini adalah bentuk empati sosial yang dalam.
5. Membangun Fasilitas Umum
Pembangunan balai dusun, jalan kampung, jembatan kecil, atau tempat ibadah seringkali dilakukan lewat Sakai Sambayan. Semua orang ikut menyumbang tenaga, alat, dan kadang bahan bangunan, sesuai kemampuan masing-masing.
Nilai-Nilai Moral dalam Sakai Sambayan
* Kebersamaan: Menanamkan semangat “satu sakit semua sakit, satu senang semua senang”.
* Saling Percaya: Tidak ada kontrak atau kewajiban tertulis, hanya berdasarkan kepercayaan dan kesadaran sosial.
* Tanpa Pamrih: Bantuan diberikan bukan untuk dibalas, tapi untuk kebaikan bersama.
* Menghormati Sesama: Dengan membantu, warga menjaga kehormatan diri dan orang yang dibantu.
Relevansi Sakai Sambayan di Era Modern.
Di tengah kehidupan modern yang cenderung individualistis, nilai Sakai Sambayan tetap relevan:
* Di kompleks perumahan, ia bisa muncul dalam bentuk ronda malam, iuran kas RT, atau kerja bakti.
* Di dunia digital, bentuknya bisa berupa donasi online untuk tetangga yang sakit atau dukungan moral lewat media sosial.
* Di tempat kerja, semangat Sakai Sambayan hadir dalam saling bantu rekan kerja tanpa menunggu perintah.
Penutup:
Budaya yang Perlu Dirawat.
Sakai Sambayan bukan sekadar kebiasaan nenek moyang, tetapi warisan moral yang menjaga keseimbangan sosial. Ia mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan pada kekayaan individu, tetapi pada kemampuan berbagi dan hidup saling membantu.
Menjaga semangat Sakai Sambayan adalah cara orang Lampung menjaga jati diri, sekaligus memberi kontribusi nyata pada kekuatan bangsa Indonesia yang dibangun atas semangat gotong royong.
*) Penulis Adalah Saibatin dari Kebandakhan Makhga Way Lima. Gelar Dalom Putekha Jaya Makhga, asal Sukamarga Gedungtataan, Pesawaran. Tinggal di Labuhan Ratu, Bandar Lampung.