Amerika Versus China. Oleh : M. Habib Purnomo *)

0

nataragung.id – BANDAR LAMPUNG – Setelah berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1991, yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet, dunia menyaksikan lahirnya poros kekuatan baru: Republik Rakyat Tiongkok. Dengan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, kemajuan teknologi, serta pengaruh global yang kian meluas, Tiongkok perlahan namun pasti mulai menantang dominasi tunggal Amerika Serikat di panggung dunia.

Bagi Amerika Serikat, yang selama dekade-dekade terakhir memposisikan diri sebagai satu-satunya negara adidaya pasca-Perang Dunia II, munculnya Tiongkok sebagai kekuatan tandingan adalah ancaman serius. Sejak awal 1990-an hingga hari ini, Washington secara konsisten memandang Beijing sebagai pesaing strategis, bahkan sebagai musuh potensial dalam perebutan hegemoni global.

Untuk saat ini, konflik antara kedua negara masih berada dalam ranah ekonomi dan teknologi. Perang dagang yang dilancarkan Amerika Serikat, terutama selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump, menjadi bukti nyata. Penerapan tarif tinggi terhadap produk-produk Tiongkok adalah bagian dari upaya sistematis untuk menekan dominasi ekonomi Negeri Tirai Bambu. Namun, banyak pihak meyakini bahwa jika perang dagang gagal melemahkan Tiongkok, maka kemungkinan konfrontasi militer terbuka bisa terjadi di masa depan.

Baca Juga :  Efisiensi Anggaran: Untung Bagi Rakyat, Rugi Bagi Birokrat. Oleh: Kiagus Bambang Utoyo *)

Prediksi ini bukan hal baru. Sejak pertengahan 1990-an, Samuel P. Huntington, seorang ahli strategi geopolitik terkemuka dari Barat, sudah memperingatkan potensi benturan antara Amerika dan Tiongkok dalam tesisnya tentang “benturan peradaban”. Bahkan dalam dunia fiksi militer, bayangan perang ini sudah digambarkan secara gamblang dalam novel “Ghost Fleet” (Kapal Hantu) karya Peter W. Singer dan August Cole, yang terbit pada tahun 2015.

Walau bergenre fiksi, novel ini menarik perhatian para petinggi militer Amerika. Buku tersebut bahkan dijadikan bahan bacaan wajib oleh sejumlah jenderal militer di Pentagon karena skenarionya dianggap sangat realistis. Yang menarik, dalam 400 halaman novel itu terdapat penggambaran bahwa Indonesia sudah bubar ketika perang antara Amerika dan Tiongkok pecah pada tahun 2030. Frasa seperti “bekas negara Indonesia” berulang kali muncul dalam narasi, menggambarkan kekhawatiran bahwa negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, bisa menjadi korban samping konflik adidaya ini.

Baca Juga :  Ramadan, Antara Ibadah Pribadi dan Sosial. Oleh : Gunawan Handoko *)

Menariknya, jauh sebelum Pilpres 2019, Prabowo Subianto—yang juga merupakan tokoh militer dan politik Indonesia—sering menyampaikan peringatan kepada rakyat Indonesia tentang isi novel ini. Ia menggunakan skenario dalam “Ghost Fleet” sebagai alarm dini, bahwa bangsa ini harus bersiap menghadapi ketidakpastian geopolitik dunia.

Beberapa waktu lalu, dunia dikejutkan oleh insiden militer mendadak antara India dan Pakistan. Dua jet tempur India menyerang wilayah Pakistan, yang segera dibalas oleh kekuatan udara Pakistan menggunakan pesawat-pesawat tempur buatan Tiongkok. Dalam duel udara itu, pesawat buatan Tiongkok berhasil menembak jatuh jet tempur India yang lebih mahal dan canggih. Insiden ini seolah menunjukkan bahwa keunggulan teknologi militer Tiongkok bukan sekadar propaganda, tapi mulai terbukti di medan tempur.

Baca Juga :  Jangan Sampai Pecah Kongsi. Oleh Gunawan Handoko

Kini, saat Iran berada dalam tekanan besar akibat agresi militer Israel yang didukung penuh oleh Amerika Serikat, dunia kembali menahan napas. Apakah Tiongkok, bersama Rusia—dua sekutu Iran—akan turun tangan secara langsung? Apakah kecanggihan militer Tiongkok akan kembali diuji, kali ini dalam skala konflik yang lebih besar?

Kita belum tahu pasti. Namun satu hal yang jelas: peta geopolitik dunia sedang bergeser, dan semua mata kini tertuju pada bagaimana dua raksasa dunia—Amerika Serikat dan Tiongkok—akan memainkan babak selanjutnya dalam sejarah peradaban manusia.***

*) Penulis adalah : Aktivis NU Lampung, tinggal di Bandar Lampung.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini