Gulai Balak, Bukan Sekadar Sajian Hajatan. Oleh : Mohammad Medani Bahagianda *)

0

nataragung.id – Bandar Lampung – Bagi masyarakat Lampung, terutama yang tinggal di daerah pedesaan dan komunitas adat, gulai balak bukan sekadar hidangan lezat yang disajikan saat hajatan. Lebih dari itu, gulai balak merupakan simbol kehormatan, rasa syukur, dan kebanggaan budaya yang melekat kuat dalam tradisi mereka.

Apa itu Gulai Balak?

Gulai balak adalah masakan khas Lampung yang terbuat dari daging kerbau dan tulangnya, dimasak dengan rempah-rempah khas serta santan kelapa. Hidangan ini biasanya muncul saat acara-acara besar seperti pernikahan, khitanan, atau kenduri adat. Kata “balak” sendiri berarti besar, menandakan bahwa acara yang disertai hidangan ini adalah acara besar dan istimewa.

Makna Gulai Balak dalam Tradisi Lampung.

1. Simbol Kehormatan dan Status Sosial.
Menyajikan gulai balak dalam sebuah hajatan adalah bentuk penghormatan kepada tamu dan masyarakat sekitar. Karena bahan utamanya adalah daging kerbau yang bernilai tinggi, hadirnya gulai balak menandakan kesiapan tuan rumah untuk menyelenggarakan acara dengan kemewahan dan keagungan tertentu.
2. Wujud Rasa Syukur.
Gulai balak juga melambangkan rasa syukur atas hasil panen, rezeki, dan berkah dari Tuhan. Dalam adat Lampung, menjamu tamu dengan hidangan istimewa seperti gulai balak adalah cara untuk mengungkapkan terima kasih atas segala karunia dan menjaga hubungan baik dengan lingkungan sosial.
3. Mencerminkan Tradisi dan Kebudayaan.
Proses pembuatan gulai balak yang melibatkan berbagai bumbu dan cara memasak tradisional menunjukkan bagaimana masyarakat Lampung memegang teguh nilai-nilai leluhur. Melestarikan resep dan cara memasak gulai balak berarti menjaga warisan budaya yang telah turun-temurun diwariskan.

Baca Juga :  Lampung Kaya Akan Adat dan Budaya, Pemerintah Harus Berlaku Adil dalam Representasi

Cara Membuat Gulai Balak.

Gulai balak dibuat dengan bahan utama daging kerbau yang direbus bersama tulangnya hingga empuk. Santan kelapa segar dicampur dengan bumbu rempah seperti pala, jahe, bawang merah, bawang putih, ketumbar, lada, kunyit, dan kemiri, yang memberikan rasa khas dan aroma menggoda. Proses memasak dilakukan secara hati-hati agar kuah gulai kental dan rasa daging benar-benar meresap.

Baca Juga :  Makna “Sakai Sambayan” dalam Gotong Royong Warga Lampung. Oleh : Mohammad Medani Bahagianda *)

Gulai Balak dan Kehidupan Sosial.

Tidak hanya sebagai hidangan, gulai balak juga menjadi pusat perhatian dalam setiap pertemuan sosial. Makan bersama dengan gulai balak menguatkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Hal ini menunjukkan bahwa makanan dalam budaya Lampung bukan hanya soal perut, tapi juga soal hati dan hubungan antar manusia.

Tantangan dan Pelestarian.

Di era modern, kehadiran gulai balak dalam hajatan mulai tergantikan oleh hidangan lain yang lebih praktis. Namun, banyak komunitas adat dan keluarga di Lampung yang tetap mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari identitas dan kehormatan budaya mereka. Festival kuliner dan acara adat menjadi momen penting untuk mengenalkan gulai balak kepada generasi muda dan wisatawan.

Baca Juga :  Serial Buku - Pi’il Pesenggikhi, Falsafah Hidup Orang Lampung. Buku 4: "Besan dan Balas Pantun, Adat yang Menyatukan" Oleh : Mohammad Medani Bahagianda *)

Kesimpulan.

Gulai balak bukan hanya sekadar sajian makanan dalam hajatan masyarakat Lampung. Ia adalah simbol kehormatan, rasa syukur, dan kebanggaan budaya yang mengikat masyarakat dalam nilai-nilai tradisi.

Melalui gulai balak, masyarakat Lampung menunjukkan bagaimana sebuah hidangan dapat menjadi cermin jati diri dan penghormatan terhadap warisan leluhur.

*) Penulis Adalah Saibatin dari Kebandakhan Makhga Way Lima. Gelar Dalom Putekha Jaya Makhga, asal Sukamarga Gedungtataan, Pesawaran. Tinggal di Labuhan Ratu, Bandar Lampung.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini