Saka Pariwisata: Pendidikan Karakter Multidisiplin Menuju Generasi Tangguh Berbasis Budaya dan Kemandirian Daerah. Oleh: Kiagus Bambang Utoyo

0

nataragung.id – LAMPUNG SELATAN – Di tengah derasnya arus globalisasi dan gaya hidup instan, banyak generasi muda yang mulai kehilangan akar budayanya sendiri. Dalam situasi ini, Gerakan Pramuka—khususnya melalui Saka Pariwisata—hadir bukan hanya sebagai wadah kegiatan kepanduan, tetapi juga sebagai platform pendidikan karakter yang berbasis nilai budaya dan kemandirian lokal.

Dengan mengusung nilai-nilai Sapta Pesona—aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan—Saka Pariwisata menjelma menjadi kekuatan lunak dalam membentuk pribadi yang tangguh, santun, dan berdaya saing. Nilai-nilai Sapta Pesona bukan sekadar etika kepariwisataan, tetapi nilai hidup yang membentuk watak dan akhlak generasi muda. Ketika nilai-nilai ini ditanamkan melalui kegiatan yang menyenangkan, aplikatif, dan kontekstual, terbentuklah pribadi Pramuka yang tidak hanya cekatan secara keterampilan, tapi juga berkarakter kuat secara moral dan sosial.

Kekuatan: Nilai Lokal, Struktur Nasional

Saka Pariwisata berdiri di atas dasar nilai-nilai kultural yang tak lekang oleh zaman. Implementasi Sapta Pesona tidak hanya mengarah pada peningkatan mutu layanan wisata, tetapi juga membentuk perilaku sosial yang harmonis, seperti sopan santun, kepedulian terhadap lingkungan, dan budaya gotong royong. Inilah yang menjadikan Saka Pariwisata sebagai jalur penting dalam penguatan karakter peserta didik secara holistik.

Baca Juga :  Memetik Tradisi Ramadhan dari Tanah Suci. Oleh : Gunawan Handoko *)

Dengan dukungan struktur nasional Gerakan Pramuka yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 2010, program Saka Pariwisata bisa menjangkau anak muda dari kota hingga desa. Pramuka tidak sekadar kegiatan ekstrakurikuler, tetapi telah menjadi sistem pendidikan nonformal yang sah dan strategis dalam menanamkan nilai kebangsaan, kepribadian, dan kemandirian.

Tiga Krida: Pilar Penguatan Karakter dan Keterampilan

Saka Pariwisata memiliki tiga krida utama yang menjadi fondasi pembentukan karakter sekaligus pengembangan keterampilan praktis:

Krida Penyuluh Pariwisata: Mendorong pemuda menjadi agen perubahan yang komunikatif dan edukatif, mengembangkan kemampuan bicara di depan umum, menyampaikan informasi budaya, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam pelestarian.

Baca Juga :  Asal Usul Serangan Fajar. Oleh : Arista Trisnadi - MAJALAH NATAR AGUNG.

Krida Pemandu Wisata: Mendidik peserta menjadi pribadi disiplin, cakap berkomunikasi lintas budaya, serta tangguh secara mental dan fisik saat memandu wisatawan.

Krida Kuliner Wisata: Mengajarkan keterampilan kewirausahaan, kepekaan terhadap budaya kuliner daerah, dan penguatan ekonomi kreatif berbasis lokal.

Dalam setiap krida tersebut, nilai-nilai Sapta Pesona tidak hanya diajarkan sebagai materi, tetapi dilakukan secara langsung dalam aktivitas nyata, sehingga menanamkan karakter melalui pengalaman, bukan sekadar teori.

Gerakan Pramuka: Pilar Strategis Pendidikan Karakter

Gerakan Pramuka, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2010, berfungsi sebagai pendidikan nonformal yang memperkuat dan melengkapi pendidikan formal. Melalui Saka Pariwisata, Pramuka menjadi jembatan antara pengetahuan akademik, nilai budaya, dan kehidupan nyata. Ini adalah kekuatan besar yang harus terus dijaga.

Sapta Pesona dan Dasa Dharma Pramuka memiliki irisan nilai yang saling menguatkan: kedisiplinan, kejujuran, cinta alam, dan semangat pelayanan. Ketika digabungkan dalam kurikulum Saka, inilah yang menciptakan pembelajaran karakter yang otentik dan menyeluruh—sebuah pendekatan yang tidak sekadar mencetak lulusan, tetapi membangun manusia seutuhnya.

Baca Juga :  Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal Oleh : Mohammad Medani Bahagianda *)

Saatnya Memberi Ruang Lebih untuk Saka Pariwisata

Saka Pariwisata bukan hanya tentang jalan-jalan atau promosi wisata. Ia adalah jalan sunyi pembentukan karakter bangsa. Sudah saatnya negara memberi ruang, regulasi, dan dukungan nyata agar gerakan ini tidak jalan sendiri, tapi menjadi bagian dari peta pembangunan manusia Indonesia yang unggul dan berakar kuat.

Dengan penguatan karakter melalui Gerakan Pramuka dan Sapta Pesona, kita tidak hanya mendidik generasi pintar. Kita mencetak pemuda yang berjiwa luhur, mencintai bangsanya, dan siap menjaga Indonesia—dari desa, untuk dunia.

*) Penulis adalah aktifis / penggiat kegiatan Pramuka, tinggal di Sidomulyo, Lampung Selatan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini